Awas.! Jangan sering Hangatkan Makanan, "Ini Menurut Ahli GIZI"
Rata-rata demi alasan kepraktisan, menu makan sahur tak disiapkan dengan cara kusus, melainkan diambilkan dari sisa menu berbuka yg dihangatkan kembali. Lantas apa kata ahli gizi?
Menurut Retno Pangastuti, DCN, M.Kes., dari RSUP Dr Sardjito, sebenarnya bukan masalah makan buka atau sahur, makanan apapun yg diolah lebih dari satu kali tentu mengalami penurunan nilai gizi.
"Tapi ini kan puasa, keadaan kusus. Seandainya benar-benar adanya seperti itu ya nggak apa-apa," katanya terhadap DetikHealth sekian banyak dikala dulu.
Kalaupun terpaksa konsumsi makanan yg dihangatkan, baiknya cuma dihangatkan sekali saja & dihabiskan waktu itu juga. "Makanya biar kita nggak mubazir, jangan sampai banyak-banyak masaknya kan," pesan Retno.
Bila tak, dapat juga makan sahur dgn membeli menu makanan dari luar atau makan di luar. Yg terpenting Kamu mesti makan sahur.
"Perlu diingat, puasa itu keadaan husus, itu cuma berlangsung 30 hri di dalam 365 hri. Istilahnya jikalau kita ada melanggar-melanggarnya kepada waktu puasa, kelak kita kembalikan ke makanan yg sehat selepas Lebaran," paparnya.
"Makanan yg sudah lebih dari empat jam mesti dipanaskan supaya tak tercemar bakteri yg ada di sekitarnya," ucap dr Rachmi Untoro, MPH sekian banyak saat lalu.
Utk itu boleh dipanaskan, dgn suhu sampai 60 derajat Celcius. Tetapi makanan yg dihangatkan tak boleh lebih dari 2-3 kali, pun perhatikan juga struktur, warna, bau & kekentalan dari makanan tersebut. Bila telah ada yg beralih hendaknya makanan tersebut jangan sampai dimakan lagi.
Retno pun mengingatkan, porsi sahur yg dianjurkan yakni sama dgn keperluan makan sehari-hari. "Banyak apabila kuat ya nggak apa-apa. Jika ia nggak kuat makan seperti biasa aja," urainya.
Dikarenakan makan berlebihan waktu sahur dapat berisiko menyebabkan begah selepas salat Subuh atau sampai pagi hri.
sumber detik